Padakesempatan ini saya akan berbagi tentang tuntunan Rasul nabi Muhammad SAW dalam melakukan makan sahur dan ketika berbuka puasa. Ternyata dalam islam Nabi juga mengajarkan hal-hal yang yang sering kita lakukan untuk mengikuti ajaran dan sunah yang telah diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Seorangyang beriman ialah ia yang mampu menepati janjinya. Sebaliknya, orang tidak beriman akan beringkar janji. Tiap-tiap dari mereka akan menanggung akibat dan risiko dari sifatnya. Pelajaran lain yang dapat dipetik umat manusia bahwa mengikuti tuntunan Allah SWT dan mengikuti rasul-Nya akan membawa kita menemukan kebaikan. (Aiw/H-3)
Jika kamu mendengar seruan muadzdzin, hendaklah kamu mengucapkan bacaan seperti yang diserukan muadzdzin, kemudian membacakan shalawat atasku satu kali, niscaya Allah akan memberikan rahmat sepuluh kali lipat padanya atas bacaan shalawatnya itu, kemudian mohonlah wasilah kepada Allah untukku, karena ia merupakan suatu tempat di dalam surga yang tidak pantas ditempati kecuali oleh seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap bahwa akulah yang kelak akan menempatinya.
Bukhari >>>>===== Dari Hudzaifah bin al Yaman radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah mengenai kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau mengenai keburukan."-----Hudzaifah melanjutkan, "Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan yang Allah berikan kepada kita ini, akan muncul keburukan setelahnya seperti masa-masa sebelumnya?"-----Rasul menjawab, "Benar!"Hudzaifah bertanya lagi, "Lalu bagaimana caranya selamat dari hal tersebut
Merekapercaya jika orang-orang seperti itu adalah sasaran penyelamatan Tuhan, maka langit dan bumi akan jungkir balik dan semua orang akan tertawa terbahak-bahak. Mereka percaya jika Tuhan memilih orang-orang yang sedemikian tidak ada apa-apanya untuk disempurnakan, berarti orang-orang hebat itu akan menjadi Tuhan itu sendiri.
raljE. عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، إِلاَّ مَنْ أَبَى »، قَالُوا يَا رَسُولَ الله، وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ صلى الله عليه وسلم مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ أَبَى » رواه Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda “Semua umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang enggan”. Para Shahabat radhiallahu’anhum bertanya Siapakah yang enggan, wahai Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam? Beliau Shallallahu’alahi Wasallam bersabda “Barangsiapa yang menaatiku maka dia akan masuk Surga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka sungguh dialah yang enggan” yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan tingginya kemuliaan orang yang selalu menaati perintah dan mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam dalam semua ucapan dan perbuatan beliau Shallallahu’alahi Wasallam. Bahkan ini merupakan sebab utama meraih kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kedudukan mulia di sisi-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}“Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah sunnah/petunjukku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS Ali Imran31.Imam Ibnu Katsir berkata “Ayat yang mulia ini merupakan hakim pemutus perkara bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam, maka dia adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti syariat dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alahi Wasallam dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaannya” menyelisihi perintah dan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam adalah sebab utama keburukan di dunia dan azab Neraka yang pedih di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah petunjuk Rasulullah takut akan ditimpa fitnah keburukan dan kesesatan atau ditimpa azab Neraka yang pedih” QS an-Nuur 63.Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits di atasSemangat mengikuti perintah Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam merupakan ciri iman yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan balasan kebaikan pada hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” QS al-Ahzaab21.Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menjelaskan makna ayat di atas berkata “Teladan yang baik pada diri Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam ini, yang akan mendapatkan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengikutinya hanyalah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan balasan kebaikan di hari akhir. Karena kesempurnaan iman, ketakutan pada Allah, serta pengharapan balasan kebaikan dan ketakutan akan siksaan Allah, inilah yang memotivasi seseorang untuk meneladani petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam” “menaati Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam” adalah mengikuti petunjuk beliau Shallallahu’alahi Wasallam, dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi semua larangan beliau Shallallahu’alahi Wasallam, serta membenarkan semua yang beliau Shallallahu’alahi Wasallam sampaikan. Sedangkan arti “durhaka kepada beliau Shallallahu’alahi Wasallam” adalah melanggar larangan atau tidak membenarkan berita yang beliau Shallallahu’alahi Wasallam yang durhaka kepada Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam berarti dia mengikuti hawa nafsunya dan menyimpang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang yang enggan masuk Surga dan akan masuk Neraka adalah orang kafir yang tidak mau mengikuti agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alahi Wasallam, atau orang muslim yang berbuat maksiat, selain syirik, karena dia terancam masuk Neraka meskipun tidak kekal di الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين***Kota Kendari, 23 Jumadal akhirah 1435 HPenulis Ust. Abdullah bin Taslim al-Buthoni, Lc., HSR al-Bukhari no. 6/2655, no. 6851.2 Tafsir Ibnu Katsir 1/477.3 Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” hal. 481.4 Lihat kitab “Faidhul Qadiir” 5/12.5 Ibid6 Ibid. Lulusan Fakultas Hadits, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Beliau adalah penulis aktif di majalah Pengusaha Muslim.
Oleh Ratna Ajeng TejomuktiMeneladani Rasul mesti dimulai dengan menelaah sirahnya."Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik." QS al-Ahzaab [33] 21 Keteladanan yang dicontohkan Rasulullah SAW mesti diikuti. Demikian kata Dosen Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Ustaz Mulyadi Kosim. Sebab, Rasul memiliki sifat yang patut dipelajari dari generasi ke generasi. Ada empat sifat wajib yang Rasul miliki. Optimalisasi keempat sifat tersebut menjadi kunci sukses dakwah hanya dalam tempo 23 itu, kata dia, berbeda dengan para nabi sebelumnya. Nabi Nuh AS, misalnya, perlu puluhan, bahkan hingga satu abad untuk mengajak kaumnya menerima hidayah. Sebab itu, sifat terpuji Rasul dapat diterapkan dalam kehidupan SAW memiliki sifat benar dan jujur sehingga amanah dan dapat dipercaya dan apa yang diamanahkan akan disampaikannya tanpa ada yang disembunyikan. Tiga sifat tersebut akan membentuk sosok Rasulullah SAW yang cerdas meskipun tidak dapat membaca dan merupakan sifat pertama yang dimiliki Rasulullah SAW. Shiddiq berarti benar. Sifat ini wajib dimiliki oleh seorang Rasulullah karena setiap perkataan dan perbuatan yang dilakukan harus di jalan yang diyakini umat Muslim terhadap Allah SWT harus didasarkan atas kebenaran dari tindakan, pemikiran, dan ibadah yang dilakukan Rasullullah. "Shiddiq energi berbuat amanah atas segala perintah-Nya,” tutur yang menjadi sifatnya pun memiliki pengertian yang luas. Rasul memiliki sifat amanah, artinya dapat melaksanakan tugas yang diemban, baik sebagai nabi, rasul, kepala keluarga, pemimpin, suami, ayah, dan orang yang hidup dengan sesama seorang khalifah, Rasul juga memiliki sifat amanah untuk memakmurkan alam semesta. Begitu juga dengan segala titipan yang diberikan padanya, baik fisik, ilmu, maupun umat. Rasul menyampaikan wahyu apa adanya tanpa ada yang dikurangi dan ditutup-tutupi. Ini sesuai dengan surah al-Mukminun ayat Mulyadi yang juga seorang kepala Sekolah Internasional Boarding School, sifat amanah merupakan bagian dari akhlak Rasulullah. Karena, negara akan tegak ketika memiliki bangsa amanah juga diterapkan rasul dalam bekerja dan beribadah. Setiap dia berdagang, tidak pernah merugi karena konsumen yang selalu percaya terhadapnya. Begitu juga umat yang percaya karena ibadahnya yang tidak pernah amanah tersebut diperkuat dengan sifat berikutnya, yakni tabligh, yang berarti penyampai. Segala sesuatu yang diterima olehnya sekecil apa pun akan disampaikan kepada umatnya. Sebab itu, Rasul pernah disindir landaran sempat menghiraukan seorang sahabat tunanetra yang ingin bergabung dengan dakwah. Begitu juga ketika Rasul ditegur dalam surah at-Tahrim ayat keempat adalah cerdas. Rasullulah memiliki kecerdasan yang tinggi meskipun tidak dapat membaca dan menulis. Kecerdasan yang dimiliki Rasul tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga spriritual dan emosional. Rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk mencerahkan tidak pernah belajar biologi, astronomi, dan sejarah. Namun, jelas dalam Alquran terdapat hal-hal yang berbicara mengenai ilmu perbintangan dan proses terciptanya bangsa Quraisy pun tidak mampu membuat tandingan degan sastra tertinggi yang terdapat dalam Alquran. Kecerdasannya telah membuktikan umatnya terus berkembang hingga saat sifat yang dimilikinya, umat Muslim perlu meneladaninya dan diterapkan dalam ibadah sehari-hari. Ibadah tidak hanya dilakukan hanya yang bersifat spiritual, tetapi juga mencakup aktivitas manusia dapat menjadi ibadah dan memiliki berbagi tiga kunci meneladani Rasul. Yaitu, keikhlasan beribadah, kesungguhan, dan kesesuaian dengan sunah. Ibadah yang dilakukan pun harus seimbang tidak hanya berhubungan dengan Allah SWT, tetapi juga dengan sesama manusia. "Ibadah Rasul bukan ibadah yang antisosial," kata itu, kata dia, agar sosok Rasul dapat hidup dalam kehidupan sehari-hari, jadikan figur Rasul sebagai idola dan teladan. Perbanyak menelaah sirah Rasulullah, baik lewat berbagai referensi buku maupun mendatangi majelis Majelis Taklim an-Nurmaniyah Kebon Jeruk Jakarta Barat, Ustazah Nurma Nugraha, menyatakan, kepribadian Nabi patut dipuji. Bahkan, Allah SWT pun memuji akhlak yang dimiliki oleh Nurma, umat non-Muslim pun menggagumi teladan Rasulullah meskipun tidak memeluk agama Islam. Ibadah yang dilakukan Rasulullah luar biasa ketika menjalankan shalat. "Kakinya sampai bengkak," kata surga bukan hanya gratis ditujukan pada Rasulullah SAW. Dengan empat sifat yang dimiliki oleh Rasulullah, dapat diteladani dengan baik. Nurma pun mencontohkan ketika Anas bin Malik selalu berbuat baik pada Rasul. Rasul bertanya padanya apa yang diharapkan dari perbuatan baik menjawab, ingin bersama Rasul di dalam surga. Maka, rasul memerintahkan agar memperbanyak sujud pada Allah SWT. Untuk dapat meneladani rasul, Nurma mengatakan latihan terus-menerus dengan segala teladan yang diajarkan. "Kita harus dapat belajar dengan alim ulama dan mempelajari tuntunan Rasul dari mereka,” mengikuti tuntunan Rasul, berpengaruh pada moral dan ekonomi yang lebih baik. Mereka tidak hanya fokus mengejar harta benda, bahkan mengumbar nafsu syahwat saja.
وَمَنۡ يُّشَاقِقِ الرَّسُوۡلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَـهُ الۡهُدٰى وَ يَـتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيۡلِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصۡلِهٖ جَهَـنَّمَ ؕ وَسَآءَتۡ مَصِيۡرًا Wa mai yushaaqiqir Rasuula mim ba'di maa tabaiyana lahul hudaa wa tattabi' ghaira sabiilil mu'miniina nuwallihii ma tawallaa wa nuslihii Jahannama wa saaa'at masiiraa Dan barangsiapa menentang Rasul Muhammad setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Juz ke-5 Tafsir Pada ayat yang lalu Allah menerangkan pahala bagi orang-orang yang mengikuti tuntunan Rasulullah, sedang pada ayat ini Allah mem-beri peringatan. Dan barang siapa yang terus-menerus menentang Rasul, yaitu Nabi Muhammad, setelah jelas baginya kebenaran yang disampaikan kepadanya, bukan sebelum diketahuinya kebenaran itu, dan dilanjutkan dengan mengikuti jalan yang sesat, yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia, kelak di hari Akhirat ke dalam neraka Jahanam sebagai balasan yang setimpal atas penentangan mereka terhadap Rasulullah, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Seseorang yang menentang Rasulullah setelah nyata baginya kebenaran risalah yang dibawanya, serta mengikuti jalan orang yang menyimpang dari jalan kebenaran, maka Allah membiarkan mereka menempuh jalan sesat yang dipilihnya. Kemudian Dia akan memasukkan mereka ke dalam neraka, tempat kembali yang seburuk-buruknya. Ayat ini erat hubungannya dengan tindakan Tu'mah dan pengikut-pengikutnya, dan perbuatan orang-orang yang bertindak seperti yang dilakukan Tu'mah itu. Dari ayat ini dipahami bahwa Allah telah menganugerahkan kepada manusia kemauan dan kebebasan memilih. Pada ayat Al-Qur'an yang lain diterangkan pula bahwa Allah telah menganugerahkan akal, pikiran dan perasaan serta melengkapinya dengan petunjuk-petunjuk yang dibawa para rasul. Jika manusia menggunakan dengan baik semua anugerah Allah itu, pasti ia dapat mengikuti jalan yang benar. Tetapi kebanyakan manusia mementingkan dirinya sendiri, mengikuti hawa nafsunya sehingga ia tidak menggunakan akal, pikiran, perasaan, dan petunjuk-petunjuk Allah dalam menetapkan dan memilih perbuatan yang patut dikerjakannya. Karena itu ada manusia yang menantang dan memusuhi para rasul, setelah nyata bagi mereka kebenaran dan ada pula manusia yang suka mengerjakan pekerjaan jahat, sekalipun hatinya mengakui kesalahan perbuatannya itu. Allah menilai perbuatan manusia, kemudian Dia memberi balasan yang setimpal, amal baik dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, sedang perbuatan buruk diberi balasan yang setimpal dengan perbuatan itu. sumber Keterangan mengenai QS. An-NisaSurat An Nisaa' yang terdiri dari 176 ayat itu, adalah surat Madaniyyah yang terpanjang sesudah surat Al Baqarah. Dinamakan An Nisaa' karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surat yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surat-surat yang lain. Surat yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah surat Ath Thalaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surat An Nisaa' dengan sebutan Surat An Nisaa' Al Kubraa surat An Nisaa' yang besar, sedang surat Ath Thalaq disebut dengan sebutan Surat An Nisaa' Ash Shughraa surat An Nisaa' yang kecil.
Bismillah. Segala puji hanya bagi Allah, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan Ta’ala berfirmanيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan pahala amal-amalmu” Qs. Muhammad 33.Ia juga berfirmanوَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang” Qs. At Taghabun 12.Allah Ta’ala juga berfirmanفَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Qur’an dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” QS. An Nisa 59.Ayat-ayat ini menegaskan wajibnya kita sebagai hamba Allah untuk mengikuti dalil, yaitu firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan “Allah Ta’ala memerintahkan kaum mu’minin dengan suatu perkara yang membuat iman menjadi sempurna, dan bisa mewujudkan kebahagiaan bagi mereka di dunia dan akhirat, yaitu menaati Allah dan menaati Rasul-Nya dalam perkara-perkara pokok agama maupun dalam perkara cabangnya. Taat artinya menjalankan setiap apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang sesuai dengan tuntunannya dengan penuh keikhlasan dan pengikutan yang sempurna” Taisir Karimirrahman, 789.Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan, “sudah menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk mengikuti firman Allah Ta’ala dan sabda Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, dan mengiktuti para Khulafa Ar Rasyidin yaitu para sahabat sepeninggal beliau, dan juga mengikuti para tabi’in yang mengikuti mereka dengan ihsan” Fathu Rabbil Bariyyah, 7.Karena itulah Allah Ta’ala mengutus Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, dengan membawa petunjuk dari Allah. Dan Allah telah mewajibkan seluruh manusia untuk beriman kepada beliau, secara lahir dan batin. Allah Ta’ala berfirmanقُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ“Katakanlah wahai Muhammad “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya kitab-kitab-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk“” QS. Al A’raf 158.Maka barangsiapa yang tidak mau taat kepada dalil, seolah ia tidak beriman bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam adalah utusan Allah dan seolah ia tidak mengimani bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah petunjuk dari Allah Ta’ Shallallahu alaihi Wasallam juga bersabdaعليكم بسنتي وسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِييْنَ مِنْ بَعْدِي ، تَمَسَّكُوا بها، وعَضُّوا عليها بالنَّوَاجِذِ ،وإيَّاكُم ومُحْدَثَاتِ الأمورِ؛ فإِنَّ كلَّ بدعةٍ ضلالةٌ“Wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin sepeninggalku. Peganglah ia erat-erat, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara agama yang diada-adakan karena setiap bid’ah adalah kesesatan” HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata “hadits ini hasan shahih”.Maka wajib bagi setiap hamba untuk taat dan patuh kepada sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang shahihah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Sunnah ini, jika shahih, maka semua kaum Muslimin bersepakat bahwa wajib untuk mengikutinya” Majmu’ Al Fatawa, 19/85, dinukil dari Ushul Fiqh inda Ahlisunnah 120.Seorang hamba yang enggan untuk taat kepada sabda Rasul-Nya juga terancam untuk ditimpa fitnah keburukan dan adzab yang pedih. Allah Ta’ala berfirmanفَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ“maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” QS. An Nuur 63.Wahai hamba Allah! Takutlah engkau akan fitnah dan adzab Allah, tundukkanlah jiwamu untuk patuh dan taat kepada Allah dan tidak halal bagi seorang Mukmin, ketika disampaikan kepadanya firman Allah dan sabda Rasul-Nya, ia memiliki pilihan yang lain yang bukan berasal dari keduanya. Allah Ta’ala berfirmanوَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” Qs. Al Ahzab 36.Bahkan andaikan pilihan yang lain tersebut berasal dari para ulama, tidak halal diambil ketika berhadapan dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga berkataأجمع الناس على أن من استبانت له سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يكن له أن يدعها لقول أحد من الناس“Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat siapapun” Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al I’lam 2/361. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 28 .Wahai hamba Allah, ikutilah dalil, taatilah firman Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan apa yang dipahami para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka. Niscaya anda berada dalam petunjuk yang benar. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirmanقُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا“Katakanlah Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk…” QS. An Nuur 54.Wabillahit taufiq was sadaad.—Penulis Yulian PurnamaArtikel
Alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kamaa yuhibbu Robbuna wa yardho, wa asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa asy-hadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluh. Allahumma sholli ala Nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam. Saudaraku yang semoga selalu mendapatkan taufik Allah Ta’ala. Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi lagi sesudah beliau. Beliau shallallahu alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang mulia dengan syafa’at al uzhma pada hari kiamat kelak. Itulah di antara keistimewaan Abul Qosim, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Seorang muslim punya kewajiban mencintai beliau shallallahu alaihi wa sallam lebih dari makhluk lainnya. Inilah landasan pokok iman. Saudaraku, itulah yang harus dimiliki setiap muslim yaitu hendaklah Nabinya lebih dia cintai dari makhluk lainnya. Mari kita simak bersama firman Allah Ta’ala, قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ “Katakanlah Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” QS. At Taubah 24. Ibnu Katsir mengatakan, “Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 4/124. Ancaman keras inilah yang menunjukkan bahwa mencintai Rasul dari makhluk lainnya adalah wajib. Bahkan tidak boleh seseorang mencintai dirinya hingga melebihi kecintaan pada nabinya. Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab –radiyallahu ’anhu-. Lalu Umar –radhiyallahu ’anhu- berkata, لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي ”Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك ”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya imanmu belum sempurna. Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ’Umar berkata, فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي ”Sekarang, demi Allah. Engkau Rasulullah lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, الآن يا عمر ”Saat ini pula wahai Umar, imanmu telah sempurna.” HR. Bukhari [Bukhari 86-Kitabul Iman wan Nudzur, 2-Bab Bagaimana Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersumpah] Al Bukhari membawakan dalam kitabnya Bab Mencintai Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam adalah bagian dari iman. An Nawawi membawakan dalam Shahih Muslim Bab-Wajibnya Mencintai Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lebih dari kecintaan pada keluarga, anak, orang tua, dan manusia seluruhnya. Dalam bab tersebut, Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ “Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” HR. Bukhari dan Muslim Semua Cinta Butuh Bukti Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah ittiba’ mengikuti, taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ingatlah, ketaatan pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah buah dari kecintaan. Penyair Arab mengatakan لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya Cinta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bukanlah dengan melatunkan nasyid atau pun sya’ir yang indah, namun enggan mengikuti sunnah beliau. Hakikat cinta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah dengan mengikuti ittiba’ setiap ajarannya dan mentaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya maka dia juga akan semakin mentaatinya. Dari sinilah sebagian salaf mengatakan لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk mendatangkan bukti. Allah Ta’ala berfirman yang artinya ”Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Ali Imron 31 Seorang ulama mengatakan لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَبْ Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-Nya. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintaiNya. Yang terpenting bukanlah engkau mencintai Nabimu. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta nabimu. Begitu pula, yang terpenting bukanlah engkau mencintai Allah. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya. Lihat Syarh ’Aqidah Ath Thohawiyah, 20/2 Allah sendiri telah menjelaskan bahwa siapa pun yang mentaati Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah Ta’ala berfirman, مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” QS. An-Nisa’ 80 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ “Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal. Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37 Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu mengatakan, لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih Itulah saudaraku di antara bukti seseorang mencintai nabinya –shallallahu alaihi wa sallam- yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap ajarannya. Kebalikan dari Cinta Dari penjelasan di atas terlihat bahwa di antara bukti cinta adalah mentaati dan ittiba’ pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Berarti kebalikan dari hal ini adalah enggan mentaatinya dan melakukan suatu ibadah yang tidak ada ajarannya. Karena sebagaimana telah kami jelaskan di muka bahwa setiap orang pasti akan mentaati dan mengikuti orang yang dicintai. Dari sini berarti setiap orang yang melakukan suatu ajaran yang tidak ada tuntunan dari Nabinya dan membuat-buat ajaran baru yang tidak ada asal usulnya dari beliau, walaupun dengan berniat baik dan ikhlash karena Allah Ta’ala, maka ungkapan cinta Nabi pada dirinya patut dipertanyakan. Karena ingatlah di samping niat baik, seseorang harus mendasari setiap ibadah yang dia lakukan dengan selalu mengikuti tuntunan Nabinya shallallahu alaihi wa sallam. Itulah yang engkau harus pahami saudaraku, sebagaimana engkau akan mendapati hal ini dalam perkataan Al Fudhail berikut. Al Fudhail bin Iyadh tatkala berkata mengenai firman Allah, لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” QS. Al Mulk [67] 2, beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab mencocoki tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” Lalu Al Fudhail berkata, “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima.” Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 19 Perkataan Fudhail di atas memiliki dasar dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Muslim no. 1718 Itulah saudaraku yang dikenal dengan istilah bid’ah. Amalan apa saja yang tidak mengikuti tuntunan beliau shallallahu alaihi wa sallam akan tertolak, walaupun yang melakukan berniat baik atau ikhlash. Karena niat baik semata tidaklah cukup, sampai amalan seseorang dibarengi dengan megikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Perkataan Fudhail di atas hampir serupa dengan perkataan Ibnu Rajab Al Hambali. Beliau rahimahullah mengatakan, “Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama tanpa izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.” Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 77 Setelah kita mengetahui muqodimah di atas, sekarang kita akan menelusuri lebih jauh, apakah betul cinta Nabi harus dibuktikan dengan mengenang hari kelahiran beliau dalam acara maulid Nabi sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum muslimin? Silakan simak pembahasan dalam posting selanjutnya. -Bersambung insya Allah pada posting selanjutnya- Seri Pertama dari Tiga Tulisan Antara Cinta Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan Maulid Nabi Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Baca Juga Inilah Faedah Bagi yang Mencintai Nabinya Teladan Sahabat dalam Mencintai Nabi
dengan mengikuti tuntunan rasul manusia akan