Pembahasan· 1) nabi musa as dilahirkan di mesir · 2) pada masa pemerintahan raja fir'aun · 3) ayah nabi musa bernama imran bin qahats · 4) ibu kandung nabi musa . Perlu anda ketahui juga bahwa banyak yang mengatakan nama ibunda musa itu adalah mihyanah binti yashar bin lawi, ada juga yang mengatakan . · kisah ibunda musa tersebut
KisahNabi Musa Dari Lahir Hingga wafat Lengkap Diantara nabi-nabi Allah yang wajib di imani adalah nabi Musa As. Rohil binti Laabaan seorang wanita mulia suaminya ad. Lahir dari seorang ibu yang bernama Yukhabad. Adapun ayah Nabi Musa ialah Imran. Beliau bersabda Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah Fatimah Maryam putri Imran dan Asiyah istri Firaun. Preview this quiz on Quizizz.
Kisahperjumpaan Nabi Musa dengan Putri Nabi Syuaib terbilang unik. Awalnya, Nabi musa adalah seorang pelarian dari negeri Mesir karena ia dikejar-kejar oleh tentara firaun. Dalam pelarian tersebut musa sempat berdoa sebanyak tiga kali, doa pertama yang ia ucapkan "Ya Rabbku! Selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu yaitu, kaum Firaun".
iZCP9g. Identifikasi ayah mertua Musa yang bernama Yitro muncul pertama kalinya dalam Keluaran 31, “Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro yiTrô, mertuanya, imam di Midian….”. Musa kawin dengan salah satu putri Yitro, yaitu Zipora. Namun dalam pasal sebelumnya, yaitu di pasal 2, imam di Midian sekaligus ayah Zipora bernama Rehuel ay. 18. Di Kel 221 LAI menyertakan nama Rehuel, sedangkan di dalam versi Masoret Teks-nya, nama Rehuel tidak ada, hanya memakai bentuk orang ketiga tunggal maskulin he. Walaupun demikian, identifikasi Yitro sebagai mertua Musa sangat banyak dicatat, misalnya di Keluaran 418; 181,2,5,6,12. Tidak berhenti sampai sana, Bilangan 1029 juga mencatat, “Lalu berkatalah Musa kepada Hobab anak Rehuel orang Midian, mertua Musa…” Dapat disimpulkan bahwa Hobab adalah anak laki-laki dari Rehuel, mertua Musa, yang juga berarti Hobab adalah saudara ipar Musa atau saudara laki-laki dari Zipora. Namun yang agak mengherankan adalah Hobab, anak Rehuel itu disebut sebagai orang Keni di Hakim-hakim 116 dan 411, padahal Hobab seharusnya adalah orang Midian seperti ayahnya, Rehuel. Dan yang lebih membingungkan adalah dalam Hakim 411 versi Masoret Teks, Hobab disebut dengan mertua Musa’ walaupun LAI langsung menuliskan dan menginterpretasikan bahwa Hobab adalah ipar Musa. Bagaimanakah mengharmonisasikan semua ini? Yitro atau Rehuel atau Hobab? Dari kisah yang dipaparkan dalam Keluaran dan Hakim-hakim, Yitro dan Hobab adalah 2 orang yang berbeda. Yitro adalah laki-laki tua dengan 7 anak perempuan ketika Musa masuk di Midian. Yitro jugalah yang memberikan nasehat yang bijak kepada Musa tentang masalah kepemimpinan yang dihadapi Musa. Sedangkan dalam Bilangan 10, Hobab digambarkan seperti laki-laki muda yang masih sanggup memimpin perjalanan di padang gurun. Dengan demikian, bagaimana memahami Hakim-hakim 411 yang menyatakan Hobab, ….mertua Musa’? Istilah Hötën yang berasal dari akar kata HTn dapat berarti saudara/kerabat berdasarkan hubungan perkawinan’. Kata HTn bisa dipahami sebagai ayah mertua, saudara ipar atau anak mantu’ Kej. 1914 anak mantu’; Hakim 194,7,9 mertua’. Dalam Hakim –hakim 116 dan 411, HTn berarti saudara ipar’. Jadi Hobab adalah saudara ipar Musa dan dalam hal ini LAI sangat tepat menerjemahkan ipar’. Yitro dan Rehuel dipahami sebagai orang yang sama. Pernyataan bahwa Yitro adalah mertua Musa memang banyak muncul Keluaran 418; 181,2,5,6,12, namun pernyataan langsung bahwa Rehuel adalah mertua Musa tidak tercatat langsung namun implisit dinyatakan di Kel 216-18. Yitro adalah nama diri sedangkan Rehuel adalah nama kaum atau marga. Dalam konteks masyarakat yang nomaden saat itu, pemakaian nama seseorang berdasarkan nama ayah atau mengikuti garis patrilineal merupakan sesuatu yang umum di masyarakat Timur Dekat Kuno. Ketika dikatakan Hobab, anak Rehuel Bil. 1029, maka Hobab sedang ditampilkan sebagai keturunan dari kaum atau marga Rehuel. Hal ini wajar terjadi dan sebagai pembandingnya, berikut bebeberapa contoh pemakaian nama kaum atau marga Akhan kadang disebut Akhan bin Zerah’, padahal Zerah bukan ayah Akhan; ayah Akhan adalah Karmi. Jadi Zerah adalah nama marga atau kaum dari Akhan. Yosua 724 Kemudian Yosua, beserta seluruh Israel mengambil Akhan bin Zerah, dan perak, jubah dan emas sebatang itu, anak-anaknya yang laki-laki dan perempuan, lembunya, keledainya dan kambing dombanya, kemahnya dan segala kepunyaannya, lalu semuanya itu dibawa ke lembah Akhor. Yosua 71 Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Yosua 718 Ketika disuruhnya keluarga orang itu tampil ke muka, seorang demi seorang, maka didapatilah Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda. Ada juga kisah Laban. Dalam Masoret Teks Kej. 295 dikatakan Laban adalah Ben’ anak laki-laki dari Nahor namun LAI langsung menerjemahkan Laban adalah cucu Nahor’. Padahal dalam Kej. 2415 jelas dinyatakan bahwa Laban adalah anak Betuel, cucu Nahor seharusnya Laban adalah Ben’ dari Betuel. Maka ketika dikatakan Laban, anak Nahor’, yang muncul seharusnya adalah pemahaman bahwa Laban adalah keturunan dari kaum atau marga Nahor. Intinya adalah, pemakaian nama Yitro sebagai nama diri atau Rehuel sebagai nama kaum atau marga dalam dunia Alkitab kuno adalah hal yang lumrah terjadi saat itu. Orang Midian atau Orang Keni? Dalam penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa Hobab adalah anak Yitro atau Rehuel, seorang imam Midian. Namun Hakim-hakim 116 dan 411 menyebutkan bahwa Hobab adalah orang Keni. Hakim 116 Keturunan Hobab, ipar Musa, orang Keni itu, maju bersama-sama dengan bani Yehuda dari kota pohon korma ke padang gurun Yehuda di Tanah Negeb dekat Arad; lalu mereka menetap di antara penduduk di sana. Hakim 411 Adapun Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab, ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh. Sehubungan dengan orang Keni, ada beberapa hal yang perlu dipahami. Pertama, Keni tidak merujuk 100% pada sebuah etnis; Keni lebih mengarah pada sebuah nama atau julukan. Berasal dari Kain, orang Keni identik dengan etnis yang mayoritas bermata pencaharian sebagai tukang tembaga atau tukang besi Kej 422. Bapa leluhur orang Keni adalah Kain baca Kejadian 417-22. Identifikasi orang Keni dan Kain sebagai leluhurnya nampak di Bilangan 2421-22 Ay. 21 Ketika ia melihat orang Keni, diucapkannyalah sanjaknya, katanya "Kokoh tempat kediamanmu, tertaruh di atas bukit batu sarangmu Ay. 22 namun orang Keni Masoret Teks tidak memakai orang Keni’ melainkan Kain’ akan hapus; berapa lama lagi maka Asyur akan menawan engkau?" Kedua, Midian bukan sebuah etnis tunggal, melainkan merupakan gabungan dari beberapa suku termasuk di dalamnya orang Keni ini sebagai bagian dari etnis tertua bangsa Midian. Sebagai contoh yang jelas adalah nama Henokh yang berasal dari keturunan Kain Keni dalam Kej. 417, namun nama Henokh juga bisa berasal dari keturunan Midian Kej. 254. Dengan demikian ketika dikatakan bahwa keluarga Yitro adalah orang Midian, hal itu memang benar. Dan ketika salah seorang anaknya, yaitu Hobab, disebut sebagai orang Keni, hal itu juga benar. Kaum kecil mereka adalah orang Keni entah apakah kelurga besar Yitro adalah tukang tembaga atau besi, tidak bisa dipastikan, namun etnis mayor Yitro adalah orang Midian. Ketika Yitro dan keluarga besarnya disebut sebagai orang Keni maupun orang Midian, kedua-duanya adalah benar. NK_P
Kisah Nabi Musa Alaihissalam 11 Wafatnya Musa Alaihissalam Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Di masa 40 tahun ini, wafatlah Nabi Musa Alaihissalam dan Nabi Harun AS[1]. Kemudian, kenabian berpindah kepada Yusya’ bin Nun[2], yang kemudian memimpin Bani Israil menaklukkan Palestina. Beliau adalah pemuda yang menemani Nabi Musa Alaihissalam dalam pencarian Nabi Khadhir, yang Allah ﷻ sebutkan kisahnya dalam surat Al-Kahfi[3]. وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.” QS. Al-Kahfi 60 Yusya’ bin Nun inilah yang disebutkan oleh Rasulullahﷺ dalam hadis, غَزَا نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ، فَقَالَ لِقَوْمِهِ لاَ يَتْبَعْنِي رَجُلٌ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ، وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا؟ وَلَمَّا يَبْنِ بِهَا، وَلاَ أَحَدٌ بَنَى بُيُوتًا وَلَمْ يَرْفَعْ سُقُوفَهَا، وَلاَ أَحَدٌ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ يَنْتَظِرُ وِلاَدَهَا، فَغَزَا فَدَنَا مِنَ القَرْيَةِ صَلاَةَ العَصْرِ أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، فَقَالَ لِلشَّمْسِ إِنَّكِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيْنَا، فَحُبِسَتْ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ “Salah seorang nabi pernah berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya Janganlah ikut serta dalam peperanganku ini seseorang lelaki yang baru saja menikah dan ia hendak berhubungan dengan istrinya itu, tidak pula seorang yang tengah membangun rumah dan belum menyelesaikan atapnya, dan tidak pula seseorang yang membeli kambing atau onta yang sedang bunting tua sedang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu.’ Kemudian sang nabi pun berangkat perang. Ketika ia telah mendekati sebuah desa, ternyata waktu shalat Ashar telah tiba, atau sekitar waktu tersebut. Ia pun lantas berkata kepada matahari Sesungguhnya engkau dan saya adalah hamba Allah.’ Kemudian ia pun berdoa, Ya Allah! Tahanlah pergerakan matahari itu di atas kami!’ Matahari itu pun tertahan tertunda dari waktu terbenamnya, hingga Allah ﷻ memberikan kemenangan kepada sang nabi tersebut.” [4] Peperangan yang dimaksud adalah penaklukkan Palestina, dan tidak dijelaskan secara detail bagaimana penaklukkan Palestina tersebut terjadi[5]. Allah ﷻ pun memenangkan Nabi Yusya’ AS, dan Palestina pun takluk dan menyerah kepada Bani Israil. Ketika hendak memasuki Palestina, Allah ﷻ memerintahkan mereka untuk melakukan gerakan dan ucapan syukur, sebagaimana terhikayatkan dalam firman-Nya وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ “Dan ingatlah, ketika Kami berfirman Masuklah kamu ke negeri ini Baitul Maqdis, dan makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak di mana pun yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah Bebaskanlah kami dari dosa’, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah pemberian Kami kepada orang-orang yang berbuat baik.’” QS. Al-Baqarah 58 Yang dimaksud dengan sujud adalah ruku’[6], yaitu agar mereka memasuki Palestina dengan penuh ketundukan dan rasa syukur kepada Allahﷻ sembari mengucapkan permintaan ampunan kepadaNya[7] atas kemaksiatan yang telah mereka lakukan sehingga menyebabkan mereka dihukum tersesat selama 40 tahun. Namun, bukannya memasuk Palestina sesuai perintah Allah ﷻ, yaitu dengan ketundukan, rasa syukur, dan rasa bersalah akan dosa-dosa yang telah diperbuat, ternyata mereka malah melakukan hal yang sebaliknya, yaitu dengan memasuki Palestina sembari mendorong-dorong pantat mereka sebagai bentuk kesombongan dan pamer akan kekuatan diri, serta memelesetkan ucapan hiththah yang mengandung makna istighfar kepada Allah ﷻ dengan kata hinthah, yang berarti gandum[8]. Perhatikan bagaimana lancangnya Bani Israil mengolok-olok perintah Allahﷻ kepada mereka. Allah ﷻ berfirman فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ “Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan mengerjakan yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, lantaran mereka kefasikan yang mereka perbuat.” QS. Al-Baqarah 59 Bani Israil adalah kaum yang sangat tidak beradab kepada Allah ﷻ dan para nabi dan rasul, keras kepala, serta gemar mencari-cari celah untuk menghindari perintah Allah ﷻ atau melanggar larangan-Nya. Lihatlah Taurat yang telah mereka ubah, anda akan dapati berbagai pelecehan yang mereka lakukan dalam menyifati Allahﷻ serta para nabi dan rasul, sebagaimana sebagian kecilnya telah kita sebutkan di akhir-akhir pembahasan setiap nabi. Allah ﷻ berfirman لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” QS. Al-Maidah 78 Dikisahkan pula bahwa ketika akan meninggal dunia, Nabi Musa Alaihissalam didatangi oleh Malaikat Maut yang menjelma sebagai manusia. Kisahnya disebutkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya “Malaikat maut datang menemui Musa Alaihissalam, lalu ia berkata kepadanya Penuhilah panggilan Rabbmu!’ Lalu Musa pun menampar mata Malaikat Maut hingga ia keluar dari tempatnya. Malaikat Maut pun kembali menemui Allah ﷻ seraya berkat Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba-Mu yang tidak menginginkan kematian, dan sungguh ia telah mencukil mataku.’ Lalu Allah pun mengembalikan mata Malaikat Maut dan berfirman Kembalilah kepada hamba-Ku dan katakan kepadanya Apakah kehidupan yang engkau inginkan? Jika engkau menginginkan kehidupan maka letakkanlah tanganmu di atas bulu sapi, maka setiap bulu yang tertutup oleh tanganmu, dengannya engkau akan mendapatkan tambahan satu tahun.’ Malaikat Maut pun kembali dan menyampaikan tawaran tersebut kepada Nabi Musa Alaihissalam. Mendengar itu, Musa pun berkata; Lalu apa setelah itu?’ Malaikat Maut menjawab Kematian.’ Musa berkata lagi Kalau begitu, segerakan sajalah!’ Musa Alaihissalam pun berdoa Ya Allah, dekatkanlah kuburku dengan tanah suci sejauh lemparan batu.’ Jika aku ada di sana sungguh akan aku tunjukkan lokasi tersebut kepada kalian, yaitu di sisi jalan dekat pasir merah.”[9] Nabi Musa Alaihissalam tidaklah mengetahui bahwa manusia tersebut adalah Malaikat Maut. Dan mata Malaikat Maut dapat terlepas, karena ketika itu ia sedang menjelma menjadi manusia, sehingga sebagian sifat fisik manusia ada padanya.[10] Demikianlah kisah Nabi Musa Alaihissalam bersama kaum yang amat ingkar dan keras kepala. Allah ﷻ mengisahkan kisah beliau Alaihissalam bersama kaumnya dalam banyak tempat dalam Al-Qur’an, agar umat Muhammad ﷺ dapat mengambil pelajaran dari mereka. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai umat yang beradab kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ. Wallaahu A’lam. Footnote _________ [1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/80 [2] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [3] Lihat surat Al-Kahfi ayat 60. [4] HR. Bukhori no. 3124 dan Muslim no. 1747 [5] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [6] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/104 [7] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/106 [8] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/115 [9] HR. Muslim no. 2372 [10] Lihat Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 9/3648
Nabi Syu’aib Mertua Nabi Musa Benarkah mertuanya nabi Musa adalah nabi Syuaib? Trim’s, karna ada yg meragukan Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Ada beberapa keterangan dalam al-Quran terkait nama kota Madyan dan perjalanan Musa alaihis salam. Pertama, Allah menyebutkan bahwa daerah yang didatangi Nabi Musa ketika beliau melarikan diri dari kejaran pasukan Fir’aun bernama Madyan. Allah berfirman, وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ . وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ “Tatkala dia Musa menuju negeri Mad-yan ia berdoa lagi “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 22 – 23. Kedua, Tidak ada keterangan bahwa orang tua yang menikahkan Musa dengan putrinya bernama Syuaib. Dalam al-Quran, Allah menyebutnya dengan Syaikhun Kabir orang yang sudah tua. Allah berfirman, قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 23. Ketiga, Allah juga menyebutkan bahwa nama kota yang didakwahi Nabi Syuaib adalah kota Madyan. Allah berfirman, وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ “Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya…” QS. al-A’raf 85 Keempat, bahwa rentang masa antara kaum Nabi Luth yang dibinasakan dengan kaum Nabi Syuaib radhiyallahu anhuma tidaklah jauh. Karena itu, ketika Syuaib mengingatkan kaumnya, beliau ingatkan akan adzab yang menimpa kaum Luth. Allah berfirman, قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا…. وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ “Mereka berkata “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami… Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak pula jauh waktunya dari kamu. QS. Hud 87 – 89. Dan kita tahu, kaum Luth hidup semasa dengan Nabi Ibrahim. Dibuktikan dengan peristiwa ketika Malaikat yang diutus menghancurkan kaum Luth, sebelum mendatangi Luth, mereka mendatangi Ibrahim alaihis salam. Berarti masa Nabi Syuaib berdekatan dengan masa Nabi Luth. Sementara Musa adalah keturunan Bani Israil, jauh dari zaman Ibrahim. Ibnu Katsir menyebutkan lebiih dari 400 tahun. Musa jauh setelah Yusuf. Sementara Yusuf keturunan Ya’kob bin Ishaq bin Ibrahim. Kita tidak tahu, berapa generasi antara Ibrahim dengan Musa. Sehingga secara perhitungan waktu, aneh jika Musa bertemu dengan Syuaib yang zamannya berdekatan dengan Luth. Keterangan dari Hadis Disamping informasi dalam al-Quran, Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan keterangan tambahan dalam hadis bahwa Nabi Syuaib adalah nabi dari arab, yang berbahasa arab. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyampaikan beberapa hal terkait para nabi, diantara yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar adalah وَأَرْبَعَةٌ مِنَ العَرَبِ هُودٌ وَصَالِح وَشُعَيب وَنَبِيُّكَ يَا أَبَا ذَرّ Ada 4 nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan nabimu ini, wahai Abu Dzar. HR. Ibnu Hibban dan dihasankan al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/120. Sementara diskusi antara Musa dengan mertuanya dilakukan tanpa penerjemah. Seperti yang Allah sebutkan di surat al-Qashas, قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ . قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ Berkatalah dia Orang tua madyan “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia Musa berkata “Itulah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku lagi. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”. QS. al-Qashas 27 – 28 Ayat di atas menceritakan percakapan antara Musa dengan mertuanya soal mahar pernikahan, dan mereka lakukan tanpa penerjemah. Jika mertu Musa adalah Syuaib, tentu berbeda dengan bahasa Musa. Karena Musa berasal dari Bani Israil yang bahasanya bukan bahasa arab. Dari keterangan di atas, ada beberapa hal mendekati yang bisa kita simpulkan, [1] Ada kesamaan nama daerah antara tempat dakwah Nabi Syuaib dengan mertuanya Musa, yaitu Madyan [2] Mertua Nabi Musa adalah orang tua di Madyan, dan beliau bukan Nabi Syuaib. Dan pendapat ini yang dinilai kuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dengan pertimbangan surat Hud ayat 89. Tafsir Ibnu Katsir, 6/228-229. Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina
Berikut kisah Nabi Musa 'alaihissalam AS dan seorang nenek tua dari Bani Israil yang permintaannya dikabulkan Allah Ta'ala. Nenek tua itu mendapat kedudukan mulia di Surga karena memberitahu letak kuburan Nabi Yusuf 'alaihissalam kepada Nabi ini diceritakan Syeikh Umar Sulaiman Al-Asyqor Guru Besar Universitas Islam Yordania dalam kitabnya "Kisah-kisah Shahih Seputar Para Nabi dan Rasul" yang menukil salah satu hadis Nabi Muhammad SAW .Ketika itu Nabi Musa AS meminta kepada nenek tua supaya menunjukkan kuburan Nabi Yusuf AS untuk membawa jasadnya pada waktu dia keluar dari Mesir bersama Bani Israil. Sang nenek menolak kecuali dengan syarat bahwa dia harus menyertai Nabi Musa pada hari Kiamat di Allah Ta'ala mengabulkan apa yang dimintanya. Si nenek meraih derajat mulia sebagaimana para sahabat Nabi yang meminta demikian di antaranya Ukasyah bin Mihshan. Beliau memohon kepada Rasulullah SAW agar termasuk dalam golongan manusia terpilih yang masuk surga tanpa hisab.Wajah mereka seperti wajah rembulan di malam purnama. Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, tidak meludah. Lalu Rasulullah menyampaikan kepada Ukasyah bahwa dia adalah satu dari mereka. Termasuk juga Abu Bakar RA yang dipanggil dari segala pintu Surga. Termasuk pula sahabat yang memohon kepada Rasulullah agar bisa menemaninya di Surga, lalu beliau bersabda kepadanya "Bantulah aku atas dirimu dengan memperbanyak sujud."Berikut Nash HadisnyaImam Hakim meriwayatkan dalam Mustadrak dari Abu Musa bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam SAW mendatangi seorang Badui. Maka beliau bersabda kepadanya, "Wahai Badui, katakan keperluanmu." Dia menjawab, "Ya Rasulullah, seekor unta betina dengan pelananya dan domba betina yang diperah oleh keluargaku." Ini diucapkannya dua berkata kepadanya, "Mengapa kamu tidak seperti nenek tua Bani Israil?" Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa nenek tua Bani Israil itu?"Rasulullah pun menjawab, "Sesungguhnya Musa hendak berjalan membawa Bani Israil, tetapi dia tersesat di jalan. Maka para ulama Bani Israil berkata kepadanya, 'Kami katakan kepadamu bahwa Yusuf mengambil janji-janji Allah atas kami, agar kami tidak pergi dari Mesir sehingga kami memindahkan jasadnya bersama kami." Musa bertanya, "Siapa di antara kalian yang mengetahui kuburan Yusuf?"Mereka menjawab, "Yang tahu di mana kuburan Yusuf hanyalah seorang perempuan tua Bani Israil." Musa memintanya agar dihadirkan. Musa berkata kepadanya, "Tunjukkan padaku di mana kubur Yusuf." Perempuan itu menjawab, "Aku tidak mau hingga aku menemanimu di Surga."Nabi Musa tidak menyukai permintaannya, maka dikatakan kepadanya, "Kabulkan permintaannya." Musa pun memberikan apa yang diminta. Lalu perempuan itu mendatangi sebuah danau dan berkata, "Kuraslah airnya." Ketika air telah surut, perempuan itu berkata, "Galilah di sini." Begitu mereka menggali, mereka menemukan kuburan Yusuf. Begitu jasad Nabi Yusuf diangkat dari tanah, jalanan langsung terlihat nyata seperti cahaya pada siang hari." HR Hakim dalam Mustadrak 2/624, No. 4088. Dia berkata, hadis ini sanadnya sahih, dan keduanya Bukhari dan Muslim tidak dari Kisah IniRasulullah SAW menyampaikan kisah nenek Bani Israil ini setelah bertemu seorang Badui. Ketika Rasulullah menanyakan hajatnya, si Badui meminta sedikit harta benda dunia, berupa seekor unta betina dengan pelananya sebagai tunggangan dan domba betina yang bisa diandalkan merasa permintaan dan hajat si Badui itu telalu remeh, maka beliau menyampaikan hadis tentang perempuan tua Bani Israil yang meminta derajat tinggi kepada Nabi Musa. Sebuah peluang emas yang tidak disia-siakan sang nenek. Berbeda dengan permintaan si Badui yang meminta harta dunia ketika bertemu si Badui meminta kepada Rasulullah SAW seperti permintaan nenek Bani Israil itu apalagi Rasulullah membuka peluang meminta untuknya, niscaya beruntunglah ia. Sebab doa Rasulullah SAW memberitakan bahwa persyaratan yang diminta oleh nenek tua itu kepada Nabi Musa untuk bisa menemaninya di Surga adalah karena dia mengetahui satu ilmu yang tidak diketahui oleh siapa pun dari Bani Israil. Dia mengetahui tempat kubur Nabi Nabi Yusuf telah mengambil janji kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya dari kalangan Bani Israil agar membawa jasadnya bersama mereka manakala mereka keluar dari bumi Mesir ke Tanah Suci Baitul Maqdis.Ketika Allah mengizinkan Nabi Musa dan kaumnya agar keluar, mereka tersesat. Musa terheran-heran karenanya. Dia meyakini bahwa pasti ada rahasia dalam urusan ini. Dia bertanya kepada orang-orang yang bersamanya tentang apa yang terjadi. Maka ulama Bani Israil menyampaikan janji yang diambil Nabi Yusufkepada bapak saat itu Musa bertanya tentang kuburan Yusuf agar bisa melaksanakan permintaannya. Tetapi tidak seorang pun mengetahui kuburnya kecuali nenek tua tua Bani Israil itu. Nabi Musa meminta kepadanya untuk menunjukkan kubur Yusuf. Si nenek tua ini memberi tahu dengan syarat diberi derajat mulia bisa menemani Nabi Musa di surga kelak. Allah Ta'ala pun mewahyukan kepada Nabi Musa supaya mengabulkan meminta perkara-perkara yang tinggi, niscaya Allah mengabulkan permintaannya, meskipun dia tidak mencapai derajat orang-orang yang berhak meraih derajat itu. Orang yang mencari Syahadah dengan benar, niscaya Allah menyampaikannya derajat orang-orang yang mati syahid, walaupun dia mati di atas tempat yang meminta derajat ulama atau orang-orang yang dermawan, niscaya Allah menyampaikannya pada derajat mereka, walaupun tidak beramal seperti amal mereka. Subhanallah, semoga kita termasuk golongan beruntung sebagaimana nenek tua Bani Israil dan para sahabat Nabi yang dijamin masuk surga atas kehendak dan izin Allah Ta'ala. Aamin Allahumma Aamin.rhs
mertua nabi musa alaihissalam adalah nabi